Senin, 02 Juli 2012

Memetik Hikmah EURO 2012




TIMNAS Spanyol mempertahankan gelar juara Piala Eropa setelah menghempaskan Italia 4-0 pada laga final. Sedari awal, La Furia Roja sudah diprediksi menjadi kampiun untuk kali kedua.

Lahirnya sang juara merupakan puncak dari perhelatan satu turnamen, termasuk Euro 2012. Namun bukan hanya mencari siapa jawara yang bisa dipetik dari Euro 2012. Semua pihak, termasuk sepakbola Indonesia bisa mengadopsi semua aspek positif dari ajang tersebut.

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan pelaku sepakbola di Tanah Air harus belajar banyak bagaimana mengelola sepakbola yang baik. Dengan manajerial yang baik, tentu akan menghasilkan tim yang baik dan tangguh.


Sebaliknya, bila para pengurus dan pembina sepakbola hanya mementingkan egonya, mustahil bisa menuai prestasi. Bisa jadi tim yang dikelola para pembina 'bermasalah' akan menjadi bulan-bulan tim lain saat tampil di turnamen.

Tengok saja bagaimana Timnas Belanda tersingkir di babak penyisihan Grup B. Der Oranje kembali ke negaranya tanpa membawa satu poin pun. Dalam tiga laga babak penyisihan, Belanda ditaklukkan Denmark 0-1, dilindas Portugal 1-2 dan dihentikan Jerman 1-2.

Tidak banyak yang tahu mengapa 'kekejaman' Belanda di Piala Dunia 2010 tidak terulang di Ukraina-Polandia. Padahal, Belanda melenggang ke final Piala Dunia 2010 sebelum dikalahkan Spanyol 0-1.

Kegagalan Belanda tidak lepas dari karut marutnya para tokoh yang menjadi pengurus Federasi Sepakbola Belanda (KNVB). Kusutnya kinerja pembina KNVB bedampak besar terhadap persiapan dan kekompakan tim.

Itu Belanda yang mirip dengan kondisi di Indonesia. Bagaimana dengan Gli Azzurri, julukan Italia. Negeri Pizza ini sedang dilanda skandal pengaturan pertandingan di Serie A. Menariknya, skandal tersebut tidak mengganggu kinerja Federasi Sepakbola Italia (FIGC). Wadah pembinaan sepakbola di Italia ini solid, dengan fokus memberantas skandal dan mempersipkan tim secara matang. Awalnya, Italia sama sekali tidak diprediksi ke final.

Begitu juga dengan Spanyol. Sebelum dibesut Luis Aragones pada 2004, Spanyol hanya menjadi tim pelangkap di Eropa dan dunia. Hancur leburnya prestasi Spanyol tak lepas sikap egosentris antara pemain Barcelona dan Real Madrid. Para pemain yang berasal dari dua kota ini tidak pernah bisa disatukan. Pemain yang berasal dari Barcelona, menamakan tim nasional mereka Catalonia.

Ketegasan Aragones memimpin Spanyol berbuah manis. Dia membuang pemain yang menjadi pemicu adanya egosentris tersebut. Terbukti, Spanyol tampil menjadi jawara Eropa 2008. Persatuan pemain Barcelona dan Real Madrid terus berlanjut. Mereka kembali mengukir prastasi Piala Dunia 2010 dan mempertahankan gelar Euro 2012.

Artinya, keberhasilan satu negara tidak lepas dari manajemennya pengurusnya. Bila dikelola oleh orang yang hanya memikirkan prestasi, maka tropi akan segera singgah di Tanah Air. Selama masih dihuni orang yang memiliki hati busuk, jangan pernah bermimpi Indonesia bisa mengukir prestasi.

Rusaknya moral dan nasionalisme pengurus sepakbola di Indonesia menjadi pemicu nihilnya prestasi. Sudah sepatutnya seluruh pembina sepakbola Tanah Air berkaca dengan semua hal yang menjadi fakta selama Euro 2012.



oleh Fetra Hariandja 
suar.okezone.com

0 komentar:

Posting Komentar

SAHABAT BLOG

Free Guitar Flash Cursors at www.totallyfreecursors.com